heart love

heart love
for lover

Selasa, 08 Juni 2010

WANITA AHLI SURGA CIRINYA...................................

Wanita Ahli Surga Dan Ciri-Cirinya Ahad,

Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.

Dalam Al Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Diantaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?" (QS. Muhammad : 15)

"Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan." (QS. Al Waqiah : 10-21)

Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur'an yang mulia, diantaranya :

"Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik." (QS. Al Waqiah : 22-23)

"Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin." (QS. Ar Rahman : 56)

"Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan." (QS. Ar Rahman : 58)

"Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya." (QS. Al Waqiah : 35-37)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :

" ... seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya." (HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Diantara yang didendangkan oleh mereka : "Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan." Dan mereka juga mendendangkan : "Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi." (Shahih Al Jami' nomor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?

Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Diantara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.

4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur'an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma'ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.

9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.

10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.

12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).

13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14. Berbakti kepada kedua orang tua.

15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu' Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

" ... dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar." (QS. An Nisa' : 13).

Wallahu A'lam Bis Shawab.

Memadu Cinta di Taman Islam

KEDUDUKAN CINTA

Umat secara keseluruhan sepakat bahwa cinta pada Allah dan Rasul-Nya adalah wajib. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan maqam tertinggi dari berbagai maqam yang ingin dicapai oleh para pengembara menuju Allah. Semua maqam yang ingin diraih adalah buah dari cinta kepada Allah.

Dasar cinta seorang hamba kepada Allah adalah firman-Nya:

“…Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah…” (Almaidah:54)
“…adapun orang-orang yang beriman, mereka sangat cinta kepada Allah…” (Albaqarah:165)

“katakanlah, jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, serta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiaannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang yang fasik (At-Taubah:24)

Islam tidak menafikan adanya perasaan saling mencintai antara sesama manusia, sebab hal itu merupakan fitrah manusia. Secara naluri ia mencintai istri, keluarga, harta dan tempat tinggalnya. Namun, tidak sepatutnya sesuatu yang bersifat duniawi ini lebih ia cenderungi dan ia cintai dibanding Allah dan Rasul-Nya. Jika ia lebih mencintainya, maka berarti tidak sempurna imannya dan dapat terjerumus pada dosa terbesar yakni musyrik. Mencintai Allah dan Rasulnya merupakan jalan menuju keselamatan. Dalam sebuah hadits dikatakan:

“Tatkala seseorang bertanya kepada Rasulullah saw tentang hari kiamat, beliau menjawab dengan sebuah pertanyaan, 'Apa yang sudah engkau persiapkan untuknya?' orang itu menjawab 'tidak lain kecuali bahwa saya mencintai Allah dan Rasul-Nya'. Rasulullah Saw menjawab, 'Engkau beserta orang yang engkau cintai'. (H.R. Bukhari Muslim)

Cinta yang tulus adalah keimanan yang benar

Cinta hamba kepada Allah merupakan hal yang bisa mengangkatnya ke maqam dan derajat yang tinggi, sempurna, dan suci. Kedudukan yang tinggi ini menuntut sang hamba untuk berkorban demi kekasihnya, sebagaimana yang berlaku pada setiap orang yang mencinta. Sang pecinta harus rela mencintai objek cintanya dengan sepenuh hati dan fikiran. Ia harus sanggup berkorban demi yang dicintai dengan penuh suka cita. Ia juga harus lapang dada dan rela atas segala yang kurang berkenan dirasakan dari kekasihnya, juga harus sabar atas segala ujian yang menimpanya karena cinta itu.

Mengapa demikian, karena cinta, sebagaimana yang lazimnya terjalin antara sesama manusia, merupakan sebuah jalinan di luar nalar dan pengetahuan. Ia merupakan kecenderungan dan emosi yang berada di atas kehendak dan keinginan.

Setiap diri kita bisa saja mengenal dan tidak ada masalah dengan si Fulan, atau mengetahui dan senang dengan suatu benda, akan tetapi itu saja tidak cukup untuk menamai perasaan kita itu sebagai cinta. Perasaan cinta lebih dalam pengaruhnya dari itu. Ia lebih mengharu biru dan merampas hati. Bahkan cinta sejati adalah yang tidak memberikan ruang kosong dalam hati., tidak memberi jalan sedikitpun dalam jiwa bagi yang lain selain kekasih.

Jika telah sampai pada tingkat demikian, maka cinta kepada Allah itulah keimanan yang hakiki. Keimanan yang hakiki bukanlah sekedar pengetahuan dan ketundukan jiwa. Dengan kata lain, iman yang benar adalah imannya sang pencinta yang bergairah kepada Allah, yang bahkan bisa memabukkan dan melupakan diri sendiri. Cinta yang pengaruhnya tampak pada seluruh ucapan, tindakan dan sikap.

Adapun keimanan yang gersang, yang dingin dan pasif, yang tidak melampaui sekedar ketundukan jiwa dan pernyataan lisan, tidak pula tampak pengaruhnya pada aktivitas yang positif, maka itu bukanlah keimanan yang dikehendaki Allah dari hamba-Nya.

Seorang mukmin yang hakiki adalah orang yang memahami keindahan dan keagungan Allah, mengetahui kasih sayang dan kebaikan Allah. Disamping itu, ia meyakini sepenuhnya bahwa Allahlah satu-satunya pemberi nikmat dan anugerah. Tiada nikmat kecuali bahwa Dialah sumbernya, tiada anugerah kecuali dari-Nya. Dengan kesadaran ruhani seperti inilah ia mencintai-Nya. Hatinya sibuk memikirkan-Nya. Seluruh aktivitasnya ditujukan kepada-Nya semata. Kelezatan yang ia rasakan hanya ada dalam ketaatan kepada segala perintah-Nya. Ia memiliki kesempatan untuk menunaikan tugas dari-Nya, dengan senang dan bahagia, damai hatinya dan tegap langkahnya. Jika sang kekasih yang dicintai berbuat baik kepadanya, diterimanya kebaikan itu dengan rasa syukur, baik dengan lisan, hati maupun perbuatan. Jika ia mendapati kesulitan dalam perjuangan mencapai ridha-Nya, ia tegar, berlapang dada, dan sabar tanpa keluh kesah dan perasaan kecewa.

Mengapa kita mencintai Allah?

Dengan sedikit renungan, kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa Allah SWT Dzat yang paling berhak untuk dicintai. Dia lebih patut menjadi labuhan hati dibanding orang tua, anak, bahkan diri sendiri.

Hal yang paling mudah difahami oleh akal fikiran, mengapa kita hanya patut mencintai-Nya adalah karena anugerah nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Kenikmatan yang seluruh manusia tenggelam di kedalaman samuderanya, yang mengiringi manusia dalam hirupan nafas dan detak jantungnya, yang menyertainya di setiap tempat dan waktu, yang bersama keluasan dan keabadiaannya semata bersumber dari Dzat Allah Swt.

Untuk mengingatkan hamba-hamba-Nya akan nikmat ini, Allah Swt berfirman: ”Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan menghitungnya …”(An-Nahl:18)

Rasulullah Saw bersabda:

“Cintailah Allah karena nikmat yang dianugerahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kalian kepada-Nya, dan cintailah ahlulbaitku karena cinta kalian padaku”. (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

Wahai sahabat, apakah patut dan masuk akal jika kita menikmati semua ciptaan-Nya, mulai dari cahaya, indahnya waktu pagi dan petang, harmoninya ciptaan seluruh mahluk nan menakjubkan, bumi dan langit yang bisa dimanfaatkan, sebagaimana firman-Nya, “… yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian…”( Al-Baqarah:29)

Dan juga firman-Nya, “… dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin” , tetapi mengapa kita tidak menunaikan syukur dan tidak pula mengerti kadar nilainya?

Apakah tidak berpengaruh dalam hati kita, bagaimana luas nikmat-Nya dan bertebaran ihsan-Nya, yang kekuasaan-Nya menyilaukan orang yang memandang. Nikmat-Nya adalah keagungan yang tidak dapat diidentifikasi, ilmu yang tiada satu biji atompun di langit dan di bumi yang tidak terdeteksi, dan kearifan yang mencermatkan seluruh makhluk yang dicipta-Nya.

Maka berbahagialah orang yang mencium aroma keelokan-Nya dan mampu menangkap cahaya pancaran keindahan-Nya. Berbahagialah orang yang dapat meneguk anggur kenikmatan-Nya meski bercampuran. Memang, seringkali kita menangkap sesuatu namun tidak memahami substansinya. Seorang penyair bertutur:

Sesuatu yang sering memabukkan orang,
Adalah sesuatu yang disebutnya sebagai kecantikan,
Namun aku tiada pernah mengerti apakah itu

Sebagian ahli hikmah pernah berkata kepada para muridnya, “seluruh manusia sungguh merindukan Allah. Tahukah kalian mengapa demikian? Itu karena mereka merindukan kebajikan yang tiada batas, kesempurnaan yang tiada bertepi, keindahan yang tiada terukur. Semua hanyalah ada pada Allah SWT”.

Bukankah matahari, makhluk yang tampak paling menonjol, paling elok, dan paling hebat yang pernah engkau lihat, hanyalah pantulan dari cahaya-Nya?

Sungguh, pada matahari itu tersirat tanda-tanda keagungan, keindahan, keperkasaan, dan kehebatan penciptanya. Kita bisa membaca tanda-tanda keagungan itu di sana. Dengan itu semua kita bersimpuh dan bersujud.

Jika kita mencintai seseorang karena pemberian dan kebaikannya, karena akhlak dan sifat-sifat terpujinya, maka sungguh kita lebih patut mencintai sumber nikmat dan kemurahan itu.

Bahkan seandainya mereka telah mampu merasakan betapa nikmat cinta-Nya, maka mereka akan disibukkan perhatiannya oleh gejolak perasaan ini hingga menjadi pecinta yang menikmati asyiknya memadu kasih.

Mereka yang menjaga dan menghindarkan diri dari buaian syahwat dengan tujuan hanya mendekatkan diri pada Allah.

Wallohu A'lam Bishowab

Seseorang yang sedang belajar untuk mencintai-Nya
Daftar pustaka: Memadu Cinta di Taman Islam, Ahmad Nashib Al-Mahamid

Ada Apa denganmu Perempuanku?

Tidakkah kau lihat langit begitu cerah? Tidakkah kau rasakan udara yang berhembus perlahan, sungguh segar dan membuat nyaman. Bukankah kau selalu jatuh cinta pada pagi yang hangat? Rasakan, pagi ini matahari pun mengajakmu kembali dalam pelukannya yang hangat, burung-burung bernyanyi riuh, seakan rindu akan senandungmu. Tapi, mengapa kulihat kabut dimatamu?

Duh, seandainya saja kau membutuhkan tempat untuk berbagi, mengapa tidak kau percayai aku? Berbagilah denganku, jangan ragu untuk berbagi duka itu, jangan sungkan untuk membagi nestapa itu.

Perempuanku, aku ingin melihatmu tersenyum, aku ingin mendengarmu tertawa. Aku ingin melihat kau bercanda kembali seperti hari-hari lalu yang pernah terlewati. Tersenyumlah padaku, tertawalah bersamaku, bercandalah denganku, karena luka itu akan segera berlalu.

Bukankah setiap kita tak pernah luput dari salah dan khilaf, lalu mengapa kau salahkan diri atas semua duka yang kini singgah dalam kehidupanmu? Tak ada gunanya untuk bersikap seperti itu terus menerus, berjuanglah untuk bangkit. Ia tahu jika kau menyesal, Ia paham kau merasa berdosa, dan kau pun tahu bahwa Ia Maha Pengampun.

Percayalah, Ia sangat menyayangimu, seperti ia menyayangi yang lainnya. Jangan merasa diperlakukan tidak adil, jangan merasa hina, dirimu adalah pribadi yang mandiri yang tidak bisa disamakan dengan orang lain. Kau mungkin tidak memiliki kecantikan, mungkin juga tidak punya kepandaian, atau bahkan kau mungkin tidak berharta, bisa juga kau tidak bergelar apapun, tapi bukankah kau selalu berusaha untuk mencintaiNya, kau selalu belajar agar selalu dekat denganNya?

Aku tahu kau tak pernah berhenti mengingatNya, dalam setiap napas selalu kau sebut namaNya. Adakah yang lebih penting dari mencintaiNya dengan sungguh-sungguh? Adakah yang lebih penting dari mendapatkan cintaNya?

Karena itu perempuanku, saat hatimu terluka, atau saat hidupmu terasa sempit, aku tahu kau mengerti bagaimana menghadapi luka, bagaimana cara menyikapi kesempitan, meski saat ini kau merasa terpuruk, merasa sendiri, merasa tak ada yang peduli, tak ingatkah kau? Bahwa Ia selalu bersamamu.

Ayolah perempuanku, saatnya kini untuk bangkit, untuk berjuang melawan kesempitan, saatnya kembali tersenyum ketika pagi tiba, saatnya kembali memulai hari dengan semangat. Biarkan luka itu menempa dirimu menjadi kuat, menjadi tegar, menjadi tangguh.

Hakikat Kecantikan dan Ketampanan

Makan dan minum secukupnya

Agar cantik dan tampan, akhwat dan ikhwan tidak boleh makan seenaknya/sesukanya dengan penuh kerakusan, tapi makan sebatas dapat menegakkan tulang-tulangnya untuk mendapatkan tenaga dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dengan baik.

Ingatlah firman Allah swt.: "…makan dan minumlah, janganlah berlebih-lebihan/melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Q.S. Al A’raaf 7: 31). Kemudian dalam sebuah hadits diterangkan: "Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi saw. sabdanya: "Orang-orang kafir makan dengan tujuh perut, dan orang mukmin makan dengan sebuah perut." (H.R. Muslim).

Rasulullah saw. menghindari makan dan minum berlebih-lebihan. Beliau makan dan minum hanya pada saat perut terasa lapar dan mengisi perut dalam tiga bagian, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernafas. Akibat banyak makan biasanya mudah obesitas, mudah terkena penyakit, cenderung malas ibadah, malas bekerja. dll.

Berolah Raga

Supaya kecantikan/ketampanan yang telah Allah swt. anugerahkan pada kita dapat dijaga, upayakan kondisi fisik selalu bugar melalui olah raga sesuai minat/usia masing-masing. Aturlah waktunya disela-sela kesibukan yang ada. Dalam suatu hadits diterangkan: "Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah." (H.R. Muslim).

Dengan berolah raga insya Allah jasad kita dapat lebih terawat, sehingga kondisi tersebut dapat membantu ikhwan/akhwat melaksanakan tugas rutin sehari-hari dengan energik.

Menjaga kebersihan

Yang perlu dijaga kebersihannya adalah seluruh anggota badan dan pakaian. Hadits Bukhari menerangkan: "… Mandilah pada hari Jumat dan keramaslah meskipun kau tidak dalam keadaan junub dan pakailah wewangian…" Perbedaan wewangian antara ikhwan dan akhwat ada, yaitu: Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Parfum pria adalah yang tercium aromanya dan tidak tampak warnanya dan parfum wanita adalah yang tampak warnanya dan tidak tercium aromanya." (H.R. Tirmidzi dan An-Nasa’i). Ikhwan/akhwat hendaknya dapat menjaga penampilan diri dari bau keringat yang tidak sedap.

Juga dalam hadits Bukhari dan Muslim diterangkan kebersihan badan seseorang dengan menjaga lima perkara yang termasuk fitrah, yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis.

Untuk kebersihan pakaian, Imam Ahmad dan Nasai meriwayatkan hadts dari Jabir r.a., ia berkata: "Rasulullah saw. pernah mengunjungi aku. Ketika beliau melihat seorang laki-laki lewat dengan pakaian lusuh dan kumal, beliau bertutur: Rupanya ia tidak mempunyai sabun untuk mencuci pakaiannya itu." Pada hadits ini, Rasulullah saw. tidak menyukai seseorang yang bertemu dan berkumpul dengan orang lain memakai baju yang kotor dan lusuh selama ia mampu mencuci dan membersihkannya.

Rasulullah saw. mengajarkan kita bahwa pakaian seorang muslim harus selalu rapi dam bersih, sehingga penampilannya sedap di pandang mata. Tentu saja, pakaian tersebut tidak perlu yang selalu baru apalagi kebiasaan mengoleksi baju dengan jumlah berlebih-lebihan, yang terpenting adalah rapi dan bersih, karena pakaian yang menjadi rizki kita sesungguhnya apa-apa yang sampai tidak dapat terpakai lagi oleh diri masing-masing.

Menjaga kebersihan gigi dan mulut, "Seandainya tidak memberatkan kepada umatku, pasti aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Memelihara kebersihan rambut, Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa yang memiliki rambut, maka hendaklah ia menghormatinya (memeliharanya)." (H.R. Abu Daud dan Abu Hurairah r.a.). Menghormati rambut itu maksudnya membersihkan, menyisir, memberi wewangian (minyak rambut), dan memeliharanya dengan baik. Islam tidak menyukai orang yang membiarkan rambutnya berantakan/acak-acakan, kotor, dan bau.

Merapikan Diri

Firman Allah swt.: "Katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan Allah yang Dia keluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik-baik?" (Q.S. Al A’raf 7: 32).

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Qurthuby berkata: "Imam Makhul meriwayatkan dari Aisyah r.a., ia bercerita: "Pernah sekelompok sahabat menunggu Rasulullah saw. di depan pintu. Ketika beliau hendak keluar menemui mereka, beliau bercermin di air yang ada di dalam bejana di dalam rumah. Setelah beliau merapikan rambut dan jenggotnya, aku (Aisyah) berkata: "Engkau lakukan ini, wahai Rasulullah?" "Ya, bila seseorang akan menjumpai saudaranya hendaklah ia merapikan dirinya. Karena sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan," jawab Rasulullah saw."

Setiap orang perlu memelihara kerapian dirinya, janganlah membiarkan diri dalam penampilan kusut dan kumal dengan dalih ingin zuhud. Rasulullah saw. sendiri menganjurkan untuk berpenampilan rapi, padahal beliau adalah orang yang paling tawadhu dan zuhud.

Maka, selama memperapi diri itu tidak berlebihan, Allah swt. menganjurkan, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik-baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) untuk orang-orang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui." (Q.S. Al A’raf 7: 31-32).

Namun wanita muslimah tidak boleh tabaruj. Allah swt. telah melarang tabaruj melalui Q.S. An-Nur 24 : 60 dan Q.S. Al Ahzab 33 : 59. Menurut Ibnu Katsir, tabaruj berarti wanita yang keluar rumah dan berjalan/memamerkan diri di hadapan laki-laki (tabaruj jahiliah). Menurut Bukhari, tabaruj adalah tindakan seorang wanita yang menampakkan kecantikannya kepada orang lain, dan menurut Muqatil tabaruj adalah wanita yang melepaskan jilbabnya, memperlihatkan kalung dan gelangnya.

Juga wanita muslimah yang benar selalu sadar dan ingat pada konsep sikap tawazun (pertengahan/keseimbangan) dalam segala hal, jangan sampai berdandan/merapikan diri berlebih-lebihan atau mengukur penampilan diri berdasarkan kekayaan materi. "Celakalah hamba dinar dan dirham dan hamba sutera dan beludru. Jika ia diberi nikmat, ia senang dan bila tidak diberi ia benci." (H.R. Bukhari).

Yang terakhir, agar penampilan ikhwan/akhwat dapat cantik dan tampan perlu dilengkapi dengan terpeliharanya unsur akal pikiran dengan ilmu. Memang, tidak semua orang punya kecerdasan dan kesempatan yang sama. Tetapi, ikhwan/akhwat harus selalu mencari dan meminta tambahan ilmu kepada Allah swt., sebagaimana diterangkan dalam firman Allah swt., "…Dan Katakanlah, "Ya Rabbi, tambahkanlah kepadaku ilmu." (Q.S. Thaha 20: 114). Dalam sebuah hadits, Aisyah r.a berkomentar: "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Mereka tidak malu-malu untuk bertanya dalam rangka tafaquh fiddin (mendalami masalah agama)." (H.R. Bukhari Muslim).

Oleh karena itu, yang perlu tetap diusahakan adalah memiliki kepedulian untuk selalu berusaha menambah/memahami/mengamalkan ilmu Islam sedikit demi sedikit, adanya proses mencari ilmu sampai akhir hayat, sebab hal tersebut akan menjadi landasan berfikir dan beramal seseorang. Begitu pula ilmu lainnya, kita pelajari sebagai sarana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt. Sehingga insya Allah, dengan terpadunya unsur hati, jasad/fisik, dan ilmu pada diri ikhwan dan akhwat, ketampanan dan kecantikan kita dapat membawa keselamatan dunia dan akhirat. Wallahu A’lam Bishshawab.

Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di kuburku, cahaya di hadapanku, cahaya di belakangku, cahaya di kananku, cahaya di kiriku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku, cahaya pada pendengaranku, cahaya pada penglihatanku, cahaya pada rambutku, cahaya pada kulitku, cahaya pada dagingku, cahaya pada darahku, cahaya pada tulang-tulangku. Wahai Tuhanku, besarkanlah bagiku cahaya dan berikanlah bagiku cahaya dan jadikanlah padaku cahaya dan tambahkanlah padaku cahaya, tambahkanlah padaku cahaya, tambahkanlah padaku cahaya. Aamiin.

Bila Ibu Boleh Memilih

Anakku...
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar
karena mengandungmu

Maka
ibu akan memilih mengandungmu?
Karena dalam mengandungmu

ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak...

Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak
karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa
tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata

Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi
caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit
kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah
satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari
jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita
berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa
sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia

Saat itulah...
Saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan
hati tentang junjungan kita
Rasulullah di telinga mungilmu

Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,
atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu
dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang
sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu
dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain
tidak bisa rasakan

Anakku...
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang
rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu

Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu...
Maafkan ibu...
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle
kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle
kehidupan kita yang hilang
Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak...
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu...

sweat..... :-( .... :-)

Allah Mengajarkan Cinta

Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu,
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta

Pernahkah cinta memerahkan hati membutakan mata
Kepekatannya menutup mata hatimu memabukkanmu sesaat di nirwana
Dan kau tak bisa beralih dipeluk merdunya nyanyian bahagia semu
Padahal sesungguhnya hanya kehampaan yang mengisi sisi gelap hatimu
Itulah cinta karena manusia yang dibutakan nafsunya

Cinta adalah pesan agung Allah pada umat manusia
DitulisNya ketika mencipta makhluk-makhlukNYA di atas Arsy
Cinta dengan ketulusan hati mengalahkan amarah
Menuju kepatuhan pengabdian kepada Allah dan Rasulnya
Dan saat pena cinta Allah mewarnai melukis hatimu,
satu jam bersama serasa satu menit saja

Ketika engkau memiliki cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi lentera hati menerangi jalan menuju Illahi
Membawa ketundukan tulus pengabdian kepada Allah dan RasulNya
Namun saat cinta di hatimu dikendalikan dorongan nafsu manusia
Alirannya memekatkan darahmu membutakan mata hati dari kebenaran

Saat kamu merasakan agungnya cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi pembuktian pengabdian cinta tulusmu
Memelukmu dalam ibadah menuju samudra kekal kehidupan tanpa batas
Menjadi media amaliyah dan ketundukan tulus pengabdian kepada Allah
Itulah cinta yang melukis hati mewarnai kebahagiaan hakiki

Agungnya kepatuhan cinta Allah bisa ditemukan dikehidupan alam semesta
Seperti thawafnya gugusan bintang, bulan, bumi dan matahari pada sumbunya
Tak sedetikpun bergeser dari porosnya, keharmonisan berujung pada keabadian
Keharmonisan pada keabadian melalui kekasih yang mencintai
Karena Allah adalah kekasih Zat yang abadi

Cintailah kekasihmu setulusnya maka Allah akan mencintaimu
Karena Allah mengajarkan cinta tulus dan agung
Cinta yang mengalahkan Amarah menebarkan keharmonisan
Seperti ikhlas dan tulusnya cinta Rasul mengabdi pada Illahi
Itulah cinta tertinggi menuju kebahagiaan hakiki

Sumber: Allah Mengajarkan Cinta oleh Eko Jalu Santoso, Cibubur - Pebruari
2005.

CINTA ADALAH FITRAH YANG SUCI

Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa manusia , yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar Rum ayat 21)

Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor , karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram

Cinta mengandung segala makna kasih sayang , keharmonisan , penghargaan dan kerinduan , disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka , lapang dan sempit.

Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya.Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik.

Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia .Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga , dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.

Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.

PERNIKAHAN TEMPAT BERMUARANYA CINTA

"Tidak terlihat diantara dua orang yang saling mencintai (sesuatu yang sangat menyenangkan) seperti pernikahan" (Sunan Ibnu Majah)

Pernikahan dalam islam merupakan sebuah kewajiban bagi yang mampu.Dan bagi insan manusia yang saling menyintai pernikahan seharusnyalah menjadi tujuan utama mereka.

Karena itulah percintaan yang tidak mengarah kepada pernikahan bahkan disertai hal-hal yang diharamkan agama sangat tidak disarankan oleh islam.Cinta dalam pandangan islam bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik , dan bukan pula pembenaran terhadap perilaku yang dilarang agama.Karena hal ini bukanlah cinta melainkan sebuah lompatan birahi yang besar saja yang akan segera pupus.Karena itu cinta memerlukan kematangan dan kedewasaan untuk membahagiakan pasangannya bukan menyengsarakannya dan bukan juga menjerumuskannya ke jurang maksiat.

Percintaan tanpa didasarkan oleh tujuan hendak menikah adalah sebuah perbuatan maksiat yang diharamkan oleh agama.Karena batas antara cinta dan nafsu birahi pada dua orang manusia yang saling menyintai sangatlah tipis sehingga pernikahan adalah sebuah obat yang sangat tepat untuk mengobatinya.

Pernikahan adalah sebuah perjanjian suci yang menjadikan Allah SWT sebagai pemersatunya.Dan tidak ada yang melebihi ikatan ini.Dan inilah puncak segala kenikmatan cinta itu dimana kedua orang yang saling menyinta itu memilih untuk hidup bersama dan saling berjanji untuk saling mengasihi dan berbagi hidup baik suka maupun duka.

sumber : sakinah